Well, rasanya udah lama tulisanku tak nampak di timeline blog ini. Saking sibuknya, sampe aku lupa cerita apa yang ingin aku tulis. Anggaplah tulisanku sekarang ini bentuk curhatanku tentang dia. Besok, hari dimana satu bulan sebelumnya di tanggal yang sama dia melamarku. Besok, aku dan dia akan bertukar tulisan lewat secarik kertas yang kami sebut surat. Entah kenapa harus dalam bentuk surat, mungkin untuk dokumentasi kami kali ya. Jadi setiap bulannya ada tulisan yang bisa kami kenang satu sama lain. Aku bingung harus nulis apa dalam surat itu, aku bukan tipikal orang yang pandai merangkai kata-kata dan mengubahnya kedalam sebuah tulisan atau surat. Aku juga ga akan ngasih bocoran isi suratku disini.
Sebaiknya kita lupain masalah
surat, masalahnya sekarang adalah kenapa aku masih sedikit tidak suka kalau dia
mulai mencurigaiku apalagi kaitannya sama mantan atau sama teman-temanku yang
notabene-nya masih berhubungan dengan mantan. Buatku sosok mantan itu cukup
mengisi masa lalu saja, tak perlu di bahas atau diperdebatkan lagi di saat yang
tidak pas. Bahkan buatku, setiap saat pun bukan waktu yang tepat untuk tetap
membahas mereka. Aku sudah melupakan mereka sebelum aku memutuskan untuk move
on. Jadi kenapa sekarang aku harus move back untuk mengingat mereka?
Sering kami memperdebatkan bahkan
bertengkar hanya untuk membahas yang namanya mantan. Sebenarnya aku tak mau
terganggu setiap kali ada kalimat “mantan” yang terselip diantara percakapan
kami. Tapi rasanya hati ini enggan untuk menerima begitu saja. Setiap kali
membahas itu, adrenalinku terpacu dan emosiku meluap yang akhirnya menimbulkan
pertengkaran diantara kami. Cukup sudah pembahasan tentang mantan, tentang masa
lalu yang sudah tidak mungkin akan pernah terulang lagi. Aku sudah muak dengan
materi tentang itu. Kenapa harus ada mantan? Kenapa harus ada masa lalu?
Pertanyaannya bukan itu. Masalahnya adalah kenapa kami harus ribut gara-gara
masalah itu?. Bukankah kami sudah sepakat untuk tidak membahas masa lalu.
Bukankah masa sekarang sudah cukup membuat kami bahagia?. Ya, kebahagiaan itu
tak lengkap tanpa ribut-ribut kecil. Yang perlu kami pelajari adalah bagaimana
menyikapi dengan dewasa setiap masalah yang timbul akibat masalalu. Aku cukup
mengerti kenapa masalalu sangat sensitive, karena itulah aku ingin belajar
mengontrol kesensitifanku terhadap masalalu. Aku bahagia dengan kamu sekarang, dan kamu tidak akan pernah menjadi seperti mereka menjadi masalalu. :)
(harusnya tulisan ini ditulis tanggal 14 Nopember 2012) Gak apa-apa-lah-ya kan judulnya juga Better Late Than Never! Hehe..